Pecel Semanggi adalah sejenis makanan khas Surabaya, Jawa Timur, dibuat dari daun semanggi yang dikukus dan kemudian dinikmati dengan sambal pedas yang nikmat. Semanggi juga dapat dihidangkan dengan kecambah, kangkung, kerupuk uli yang terbuat dari beras, serta bumbu yang terbuat dari ketela rambat. Saus atau bumbu yang digunakan dalam makanan semanggi memiliki bahan baku serta rasa yang berbeda.

Penjual semanggi di Surabaya menggunakan sambal yang dibuat dari gula jawa (lebih banyak), terasi, dan cabai.

Penjual semanggi Surabaya mudah dikenali karena menggunakan jarit dan selendang untuk memanggul semanggi. Sayuran yang digunakan ada dua macam, yaitu daun semanggi dan kecambah yang direbus. Bumbunya yang khas terbuat dari perpaduan ketela rambat, kacang tanah, dan gula merah serta dilengkapi kerupuk puli.Karena bahan utamanya ketela rambat, rasa sambal pecel ini pun didominasi manis ketela.

Untuk memasak semanggi, setelah dibersihkan dari kotoran, semanggi direndam air panas beberapa saat supaya tidak hancur. Saat menyajikan, pertama-tama sayuran ditempatkan dalam pincuk daun pisang, kemudian disiram bumbu yang sudah dicairkan dengan air.

Makanan ini khas Kota Surabaya dan tidak ditemui di tempat lain. Semanggi Surabaya bahkan biasa disebut dalam kisah-kisah (lakon) ludruk Suroboyoan. Bahkan ada sebuah lagu daerah Surabaya yang berjudul Semanggi Suroboyo.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Semanggi_(makanan)



Bandara Internasional Juanda  adalah bandar udara internasional yang terletak di Kecamatan Sedati, kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Namanya diambil dari Ir. Djuanda Kartawidjaja, Wakil Perdana Menteri (Waperdam) terakhir Indonesia yang telah menyarankan pembangunan bandara ini. Bandara Internasional Juanda adalah bandara tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan penumpang. Bandara ini melayani rute penerbangan dari dan tujuan Surabaya.
Bandara ini memiliki panjang landasan 3000 meter dengan luas terminal sebesar 51.500 m², atau sekitar dua kali lipat dibanding terminal lama yang hanya 28.088 m². Bandara baru ini juga dilengkapi dengan fasilitas lahan parkir seluas 28.900 m² yang mampu menampung lebih dari 3.000 kendaraan. Bandara ini diperkirakan mampu menampung 13 juta hingga 16 juta penumpang per tahun dan 120.000 ton kargo/tahun.

Rencana untuk membangun satu pangkalan udara baru yang bertaraf internasional sebenarnya sudah digagas sejak berdirinya Biro Penerbangan Angkatan Laut RI pada tahun 1956. Namun demikian, pada akhirnya agenda politik pula yang menjadi faktor penentu realisasi program tersebut. Salah satu agenda politik itu adalah perjuangan pembebasan Irian Barat. Berangkat dari tujuan membantu operasi TNI dalam pembebasan Irian Barat, pemerintah menyetujui pembangunan pangkalan udara baru di sekitar Surabaya. Saat itu terdapat beberapa pilihan lokasi, antara lain: Gresik, Bangil (Pasuruan) dan Sedati (Sidoarjo). Setelah dilakukan survei, akhirnya pilihan jatuh pada Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Tempat ini dipilih karena selain dekat dengan Surabaya, areal tersebut memiliki tanah yang sangat luas dan datar, sehingga sangat memungkinkan untuk dibangun pangkalan udara yang besar dan dapat diperluas lagi di kemudian hari.

Juanda1.jpgProyek pembangunan yang berikutnya disebut sebagai “Proyek Waru” tersebut merupakan proyek pembangunan lapangan terbang pertama sejak Indonesia merdeka. Proyek ini bertujuan menggantikan pangkalan udara yang tersedia di Surabaya adalah landasan udara peninggalan Belanda di Morokrembangan dekat Pelabuhan Tanjung Perak, yang sudah berada di tengah pemukiman yang padat dan sulit dikembangkan. Pelaksanaan proyek Waru, melibatkan tiga pihak utama, yaitu: Tim Pengawas Proyek Waru (TPPW) sebagai wakil pemerintah Indonesia, Compagnie d’Ingenieurs et Techniciens (CITE) sebagai konsultan, dan Societe de Construction des Batinolles (Batignolles) sebagai kontraktor. Kedua perusahaan asing terakhir, merupakan perusahaan asal Perancis. Dalam kontrak yang melibatkan tiga pihak tersebut, ditentukan bahwa proyek harus selesai dalam waktu empat tahun (1960-1964).

Untuk membangun pangkalan udara dengan landasan pacu yang besar (panjang 3000 meter dan lebar 45 meter) ini membutuhkan pembebasan lahan yang luas keseluruhannya mencapai sekitar 2400 hektar. Lahan tersebut tidak hanya berbentuk tanah, tetapi juga sawah dan rawa. Selain itu juga dibutuhkan pasir dan batu dalam jumlah yang besar. Pasirnya digali dari Kali Porong dan batunya diambil dari salah satu sisi Bukit Pandaan yang, kemudian diangkut dengan ratusan truk proyek menuju Waru. Jumlah pasir dan batu yang diperlukan sekitar 1.1200.000 meter kubik atau 1.800.000 ton. Konon Jumlah pasir sebanyak itu bisa digunakan untuk memperbaiki jalan Jakarta-Surabaya sepanjang 793 Km dengan lebar 5 m dan kedalaman 30 cm. Sedangkan jarak tempuh seluruh truk proyek, bila digabungkan adalah sekitar 25 juta Km atau 600 kali keliling bumi.

Dengan kegiatan proyek yang berlangsung siang-malam dan dukungan kerjasama dari berbagai pihak (Pemerintah Kota Surabaya, Komando Resor Militer (Korem) Surabaya, Otoritas Pelabuhan dan masyarakat pada umumnya), akhirnya proyek tersebut dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Pada tanggal 22 September 1963, berarti tujuh bulan lebih cepat, landasan tersebut sudah siap untuk digunakan. Sehari kemudian satu sortie penerbangan, yang terdiri empat pesawat Fairey Gannet ALRI, di bawah pimpinan Mayor AL (Pnb) Kunto Wibisono melakukan uji coba pendaratan untuk pertama kalinya.

Di tengah proses pembangunan bandara ini, sempat terjadi krisis masalah keuangan. Ketika itu bahkan pihak Batignolles sempat mengancam untuk hengkang. Penanganan masalah ini pun sampai ke Presiden Sukarno. Dan Presiden Sukarno kemudian memberikan mandat kepada Waperdam I Ir. Djuanda untuk mengatasi masalah ini hingga proyek ini selesai. Pada tanggal 15 Oktober 1963, Ir. Djuanda mendarat di landasan ini dengan menumpangi Convair 990 untuk melakukan koordinasi pelaksanaan proyek pembangunan. Tidak lama setelah itu, pada tanggal 7 Nopember 1963 Ir. Djuanda wafat. Karena dianggap sangat berjasa atas selesainya proyek tersebut dan untuk mengenang jasa-jasa dia, maka pangkalan udara baru tersebut diberi nama Pangkalan Udara Angkatan Laut (LANUDAL) Djuanda dan secara resmi dibuka oleh Presiden Sukarno pada tanggal 12 Agustus 1964. Selanjutnya pangkalan udara ini digunakan sebagai pangkalan induk (home base) skuadron pesawat pembom Ilyushin IL-28 dan Fairey Gannet milik Dinas Penerbangan ALRI.

Dalam perkembangannya muncul keinginan maskapai Garuda Indonesia Airways (GIA) untuk mengalihkan operasi pesawatnya (Convair 240, Convair 340 dan Convair 440) dari lapangan terbang Morokrembangan yang kurang memadai ke Djuanda. Namun, karena dalam pembangunannya tidak direncanakan untuk penerbangan sipil, Lanudal Djuanda tidak memiliki fasilitas untuk menampung penerbangan sipil sehingga kemudian otoritas pangkalan saat itu berinisiatif merenovasi gudang bekas Batignolles untuk dijadikan terminal sementara. Dan jadilah Lanudal Djuanda melayani penerbangan sipil yang pengelolaannya sejak 7 Desember 1981 dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI. Pada 1 Januari 1985, pengelolaan bandara komersial ini dialihkan kepada Perum Angkasa Pura I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1984. Seiring waktu berjalan, frekwensi penerbangan sipil disana pun bertambah. Hingga akhirnya dibangun terminal khusus untuk melayani penerbangan sipil dan melayani juga penerbangan internasional. Pada 24 Desember 1990, bandara Juanda ditetapkan sebagai bandara internasional dengan peresmian terminal penerbangan internasional.


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Juanda
Stadion Gelora 10 November (G10N) atau Stadion Tambaksari adalah sebuah stadion multi-use yang berlokasi di Kecamatan Tambaksari, Surabaya, Indonesia. Stadion kebanggaan arek - arek Suroboyo yang di sebut bonek mania ini lebih sering dipergunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola. Stadion berkapasitas untuk 35.000 orang ini merupakan markas dari tim besar Surabaya, Persebaya Surabaya.

Stadion tambaksari skyview.jpgStadion ini menjadi salah satu stadion penyelenggara Babak 8 Besar Divisi Utama Liga Indonesia 2007 yang terdadak, karena terjadinya perpindahan penyelenggaraan dari Stadion Brawijaya ke Stadion Gelora Delta dan akhirnya terjadi kekosongan tempat penyelenggara untuk menggelar secara bersamaan pertandingan di hari pertandingan terakhir,dan setadion ini d bangun pas hari perjuangan indonesia 10 november 1945.dan stadion ini di resmikan bernama Gelora 10 November. Pada saat Persebaya 1927 (Liga Prima Indonesia) melawan Persija Jakarta (Liga Prima Indonesia) di Stadion Gelora 10 November ini pernah seorang Bonek tewas terinjak-injak Bonek lainnya yang berusaha keluar dari stadion karena terkena gas air mata polisi. Kerusuhan diakibatkan anggota polisi memukul salah seorang Bonek yang akan mengambil spanduk di sentel ban lapangan.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Stadion_Gelora_10_November

Stadion Gelora Bung Tomo adalah sebuah stadion serbaguna di Surabaya, Indonesia yang merupakan bagian dari kompleks olahraga Surabaya Sport Center. Stadion ini dibuka pada 6 Agustus 2010.[1] Keseluruhan komplek olahraga sedang dibangun. Stadion ini digunakan untuk pertandingan sepak bola dan menjadi basis baru bagi Persebaya 1927 dan Persebaya Surabaya, bersama dengan Stadion Gelora 10 November. Stadion Gelora Bung Tomo dapat menampung 55.000 penonton. Stadion ini adalah stadion kelas dunia dan layak untuk menyelenggarakan Piala Dunia.

Data stadion
  • Lampu: 1.000 luks
  • Jenis rumput: -
  • Panjang sentel ban: -
  • Panjang lapangan: -
  • Lebar lapangan: -
  • Lintasan atletik: 400 meter, 8 jalur
  • Kapasitas tribun: 55.000 penonton (maksimal 60.000 penonton)

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Stadion_Gelora_Bung_Tomo

Ludruk adalah suatu kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang dipergelarkan di sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.

Karakter pertunjukan[sunting | sunting sumber]
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan nonintelek (tukang becak, peronda, sopir angkutan umum, dan lain-lain).

Sebuah pementasan ludruk biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerankan "Pak Sakera", seorang jagoan Madura.

Kartolo adalah seorang pelawak ludruk legendaris asal Surabaya, Jawa Timur. Ia sudah lebih dari 40 tahun hidup dalam dunia seni ludruk. Nama Kartolo dan suaranya yang khas, dengan banyolan yang lugu dan cerdas, dikenal hampir di seluruh Jawa Timur, bahkan hingga Jawa Tengah.[

Ludruk berbeda dengan ketoprak dari Jawa Tengah. Cerita ketoprak sering diambil dari kisah zaman dulu (sejarah maupun dongeng), dan bersifat menyampaikan pesan tertentu. Sementara ludruk menceritakan cerita hidup sehari-hari (biasanya) kalangan wong cilik.


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Ludruk

Pelabuhan Tanjung Perak adalah sebuah pelabuhan yang terdapat di Surabaya, Jawa Timur. Secara administratif, pelabuhan Tanjung Perak termasuk ke dalam Kelurahan Perak Timur, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya. Di pelabuhan ini juga terdapat terminal peti kemas. Tanjung Perak merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Tanjung Priok dan juga sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian timur. Tanjung Perak juga menjadi kantor pusat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III.

Di sebelah pelabuhan Tanjung Perak terdapat Pelabuhan Ujung, yakni pelabuhan kapal feri dengan tujuan Pelabuhan Kamal, Bangkalan, Madura.

Tanjung Perak merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia, yang berfungsi sebagai kolektor dan distributor barang dari dan ke Kawasan Timur Indonesia, termasuk Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh dataran gigir atau hinterland yang potensial maka Tanjung Perak juga merupakan Pusat Pelayaran Interinsulair Kawasan Timur Indonesia.

Dahulu kapal-kapal samudera membongkar dan memuat barang-barangnya di selat Madura untuk kemudian dengan tongkang dan perahu- perahu dibawa ke Jembatan Merah (pelabuhan pertama saat itu) yang berada di jantung kota Surabaya melalui sungai Kalimas.

Karena perkembangan lalu lintas perdagangan dan peningkatan arus barang serta bertambahnya arus transportasi maka fasilitas dermaga di Jembatan Merah itu akhirnya tidak mencukupi. Kemudian pada tahun 1875 Ir. W. de Jongth menyusun rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak agar dapat memberikan pelayanan kepada kapal-kapal samudera untuk membongkar dan memuat secara langsung tanpa melalui tongkang-tongkang dan perahu-perahu. Akan tetapi rencana ini kemudian ditolak karena biayanya sangat tinggi.

Selama abad 19 tidak ada pembangunan fasilitas pelabuhan, padahal lalu lintas angkutan barang ke Jembatan Merah terus meningkat. Sementara rencana pembangunan pelabuhan yang disusun Ir. W. de Jongth dibiarkan telantar.

Pada sepuluh tahun pertama abad ke-20 Ir. W.B. Van Goor membuat rencana yang lebih realistis yang menekankan suatu keharusan bagi kapal- kapal samudera untuk merapatkan kapalnya pada tambatan. Dua orang ahli didatangkan dari Belanda yaitu Prof. DR. Kraus dan G.J. de Jong untuk memberikan suatu saran mengenai rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak.

Setelah tahun 1910, pembangunan fisik Pelabuhan Tanjung Perak dimulai, dan selama dilaksanakan pembangunan ternyata banyak sekali permintaan untuk menggunakan kade/tambatan yang belum seluruhnya selesai itu.

Dengan selesainya pembangunan kade/tambatan, kapal-kapal Samudera dapat melakukan bongkar muat di pelabuhan. Pelabuhan Kalimas selanjutnya berfungsi untuk melayani angkutan tradlslonal dan kapal-kapal layar, sementara pelabuhan yang terletak dl Jembatan Merah secara perlahan mulal ditinggalkan.

Sejak saat itulah, Pelabuhan Tanjung Perak telah memberikan suatu kontribusl yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi dan memiliki peranan penting, tidak hanya bagi peningkatan lalu lintas perdagangan di Jawa Timur tetapi juga bagi seluruh Kawasan Timur Indonesia.

Untuk mendukung peranan itu pada tahun 1983 telah diselesaikan pembangunan terminal antar pulau yang kemudian diberi nama terminal Mirah. Untuk keperluan pelayanan penumpang kapal laut antar pulau juga dibangun terminal penumpang yang terletak di kawasan Jamrud bagian utara. Berdampingan dengan terminal penumpang antar pulau dibangun pula terminal kapal feri untuk pelayanan penumpang Surabaya-Madura yang beroperasi 24 jam penuh. Terminal feri itu kini dikenal dengan nama Pelabuhan Ujung.

Seiring dengan berjalannya waktu pelabuhan Tanjung Perak telah pula membuktikan peranan strategisnya sebagai pintu gerbang laut nasional (Gateway Port). Untuk itu dipersiapkanlah pembangunan terminal petikemas bertaraf internasional yang pelaksanaan fisiknya akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 1992. Terminal petikemas itu saat ini dikenal dengan nama Terminal Petikemas Surabaya.


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan_Tanjung_Perak

Kisah Angker Rumah Hantu Darmo

Jika sebelumnya kami telah memaparkan beberapa kisah mistis mengenai fenomena gaib yang sering terjadi di Universitas Airlangga Surabaya, kali ini kita akan sedikit bergeser ke sebuah rumah tak berpenghuni yang terletak di jalan Permai II No. 26, Sukomanunggal, Surabaya. Bagi masyarakat Kota Pahlawan, Surabaya tentu sudah cukup akrab dengan beberapa tempat angker dan mistis seperti kisah menyeramkan di rumah hantu yang dikenal dengan nama rumah hantu Darmo. Rumah yang sudah tidak berwujud seperti rumah pada umumnya karena kondisi bangunan yang sudah tidak utuh menjadi salah satu urban legend yang paling terkenal di Kota Pahlawan, bagi masyarakat setempat rumah hantu tersebut sering disebut dengan istilah RHD.
Sebenarnya ada beberapa versi kisah yang menggambarkan keangkeran rumah tersebut. Namun satu kisah yang paling terkenal adalah kisah pesiguhan yang dilakukan oleh penghuni rumah terdahulu, yang menjadi cikal bakal munculnya banyak fenomena mistis.

PERJANJIAN DENGAN JIN

Kisah Rumah Hantu Darmo 3 oleh SegiEmpatKisah horor yang paling melegenda di rumah hantu ini adalah kisah perjanjian yang dilakukan oleh penghuni rumah dengan jin yang lebih dikenal dengan istilah psugihan. Konon di kisahkan, penghuni rumah terdahulu melakukan pesugihan dengan jin agar kehidupan mereka terus diberi kekayaan. Namun sebagai gantinya kelompok jin meminta nyawa manusia atau di sebut dengan istilah tumbal. Awalnya keluarga ini menyanggupi, tapi entah kenapa mereka mulai berhenti memberikan tumbal yaitu nyawa manusia. Entah karena merasa bersalah atau tidak, keluarga ini pun pergi meninggalkan rumah. Namun sampai saat ini keluarga tersebut hilang seperti ditelan bumi (mungkin mereka berhasil keluar dari pesugihan).
Dari beberapa kisah, disebutkan jika keluarga tersebut tewas setelah mengalami insiden kecelakaan kapal laut. Namun insiden tersebut tidak bisa dibuktikan, bahkan kapal yang mereka tumpangi hingga saat ini tidak dapat ditemukan. Setelah kebur entah kemana tinggallah dua orang pekerja di rumah Darmo, namun tak lama setelah majikannya dikabarkan tewas, konon kisahnya kedua pekerja tersebut juga ditemukan tewas dibunuh. Sampai saat ini insiden pembunuhan dua pekerja di rumah tersebut tidak terungkap, tapi menurut kisah masyarakat sekitar kedua pekerja yang masih-masing berprofesi sebagai pembantu dan juga perawat bayi tewas oleh ulah jin yang menjadikan mereka sebagai pengganti tumbal. Sejak saat itu kisah horor rumah Darmo pun menyebar luas.

PENAMPAKAN HANTU WANITA

Sejak insiden kebakaran dan juga misteri tewasnya dua pekerja rumah, rumah ini mulai diselimuti banyak kisah angker. Salah satu kisahnya adalah munculnya sosok penampakan hantu wanita disekitar area bangunan dan juga beberapa sudut jalan. Kisah tersebut diperkuat dengan pengakuan salah seorang warga sekitar yang mengatakan dirinya pernah melihat langsung sosok hantu wanita tersebut. Menurutnya saat ia masih berprofesi sebagai loper Koran, pada jam tertentu ia sering melihat satu sosok hantu wanita berpakaian putih yang sudah kusam, berambut panjang dan dengan wajah yang datar (bukan tante kunti) yang berdiri tepat di depan rumah.

DIHUNI SILUMAN HARIMAU

Kisah Rumah Hantu Darmo 2 oleh SegiEmpatSelain dihuni oleh hantu-hantu popular tanah air seperti genderuwo dan kawan-kawan (pocong dan kuntilanak) bangunan ini juga konon dihuni oleh sosok siluman harimau. Konon menurut kisah siluman tersebutlah yang selama ini mendiami rumah tersebut dan sering mengeluarkan suara eraman khas harimau. Kisah tersebut kembali diperkuat oleh salah seorang warga sekitar, bahkan ia mengatakan jika dirinya pernah merasakan langsung kehadiran sosok siluman tersebut.
Saat ini kisah rumah hantu Darmo sudah sangat terkenal di Surabaya. Bahkan rumah ini sering menjadi pilihan bagi para wisatawan dunia gaib yang mencari tantangan, bahkan kadang lokasi ini sering dijadikan ajang uji nyali.

Sumber : http://segiempat.com/aneh-unik/mistis/kisah-rumah-hantu-darmo/